A.
Konsepsi pembangunan ekonomi
Pembangunan Ekonomi adalah usaha-usaha
untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan
tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita (Irawan dan M. Suparmoko,
6:2002). Di samping itu, pembangunan ekonomi juga dapat dikatakan sebagai
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi yang berskala besar, yakni skala
sebuah Negara. Oleh karena skala yang besar tersebut, dalam rangka melakukan
evaluasi keberhasilan pembangunan ekonomi masih sering mengalami kesulitan.
Ditambah lagi ukuran tingkat kesejahteraan yang tidak sederhana karena meliputi
banyak hal atau multidimensi. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, ahli ekonomi
pembangunan menyusun dan mengidentifikasikan berbagai indicator pembangunan.
Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta
obyektif yang hampir setiap hari beberapa surat
kabar menulis statistic yang baru dikeluarkan oleh pemerintah. Indicator adalah
sebuah instrument yang menunjukkan keterkaitan berbagai hal. Pemerintah
misalnya, secara regular mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk
mempelajari aktivitas dan dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya.
Tanpa adanya indicator-indikator ini, pola atau gejala yang sedang terjadi
serta pengaruhnya akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh
secara survey oleh pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan
sebagai tolak ukur untuk mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat
disimpulkan bahwa indicator pembangunan ekonomi adalah suatu instrument untuk
mengetahui derajat pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang meliputi
beberapa aspek.
Adapun pentingnya indicator-indikator
pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Memantau perilaku perekonomian
2. Kepentingan analisis ekonomi
3. Dasar pengambilan keputusan
4. Dasar perbandingan internasional
Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :
1.
Indikator
Moneter
Indikator ini
berkaitan dengan uang. Uang disini berupa tingkat income yang diterima oleh
masyarakat. Dalam indicator moneter, ada beberapa indicator yang dapat diukur,
yakni :
a.
Pendapatan
Per Kapita
Pendapatan
per kapita seringkali digunakan pula sebagai indicator pembangunan selain untuk
membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara Negara-negara maju dengan Negara
sedang berkembang. Pendapatan per kapita selain dapat memberikan gambaran
tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai Negara juga dapat
menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
sudah terjadi di antara berbagai Negara.
Melalui
indikator pendapatan perkapita ini Bank Dunia (2003) mengklasifikasikan negara
menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Negara
berpenghasilan rendah (low-income economies)
Negara-negara ini memiliki Pendapatan perkapita Kurang atau sama
dengan US$ 745 pada tahun 2001.
2. Negara
berpenghasilan menengah (middle-income economies)
Kelompok Negara ini memiliki Pendapatan perkapita lebih dari US$
745 namun kurang dari US$ 8.626 pada tahun 2001. kelompok Negara ini dibagi
menjadi :
1) Negara
berpenghasilan menengah papan bawah (lower-middle-income economies )dengan
GDP perkapita antara US$ 746 sampai US$2.975.
2) Negara
berpenghasilan menengah papan atas (upper-middle-income economies)
dengan GDP perkapita antara US$2.976 sampai US$ 9.025.
3. Negara
berpenghasilan tinggi (high- income economies)
Negara di dalam kelompok ini mempunyai GDP perkapita sebesar US$
9.206 atau lebih pada tahun 2001.
Dalam metode Purchasing Power Parity dikenal dua
versi yaitu versi absolut dan versi relatif (Kuncoro, 2001: bab 10).Versi
absolut menjelaskan bahwa kurs spot ditentukan oleh harga relative dari
sejumlah barang yang sama (ditunjukkan oleh indeks harga).Sedangkan, versi
relatif mengatakan bahwa persentase perubahan kurs nominal akan sama dengan
perbedaan inflasi di antara kedua negara.
Dalam
menggunakan pendapatan per kapita sebagai indicator pembangunan, kita harus
senantiasa hati-hati dan teliti. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapat yang
mengatakan pembangunan itu bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil
saja, akan tetapi kenaikan tersebut haruslah berkesinambungan yang disertai
dengan perubahan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan social yang sebelumnya
menghambat kemajuan-kemajuan ekonomi.
Ada
beberapa kelemahan terkait digunakannya angka pendapatan per kapita sebagai
indicator pembangunan ekonomi, akan tetapi pendekatan ini masih sangat cocok
untuk digunakan dan mudah untuk dipahami, dan indicator ini mungkin
adalah indicator pembangunan ekonmoi satu-satunya yang “terbaik” yang ada pada
saat ini. Berikut ini adalah identifikasi-identifikasi kelemahan
pendapatan perkapita, sebagai Indikator Pembangunan Ekonomi :
1) Kelemahan Umum Pendekatan
Pendapatan Per Kapita
Kelemahan
dalam indikator ini adalah bersumber pada anggapan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat ditentukan oleh besarnya pendapatan per kapita msayarakat tersebut.
Sudah
lama orang meragukan kebenaran anggapan bahwa tingkat pendapatan
masyarakat merupakan cerminan dari tingkatan kesejahteraan yang
dinikmati oleh suatu masyarakat. Namun, masih tetap disadari bahwa
tingkat pendapatan masayarakat adalah slah satu factor yang sangat penting yang
menentukan tingkat kesejahteraan mereka, karena di samping itu ada beberapa
factor lainnya yang seringkali merupakan factor yang cukup penting juga dalam
menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Jika
dibandingkan dengan kehidupan antar Negara, maka akan tampak factor-faktor lai
selain dari factor pendapatan yang sangat berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan masyarakat. Factor-faktor non ekonomi tersebut seperti
adat-istiadat, keadaan iklim dan alam sekitarnya, dn ad/tidaknya kebebasan
mengeluarkan pendapat dan bertindak merupakan beberapa contoh yang akan
menimbulkan perbedaan tingkat kesejahteraan di Negara-negara yang mempunyai
pendapatan per kapita yang tidak jauh berbeda.
Penduduk
yang ada di daerah pegunungan mempunyai pendapatan yang sama dengan penduduk
yang hidup pada dataran rendah. Berdasarkan perbedaan alamnya dapat
dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di dataran rendah adalah lebih
tinggi. Kesimpulan tersebut berdasarkan pada kenyataan bahwa pada umumnya
penduduk dataran rendah menghadapi tantangan alam yang lebih sedikit. Di
dataran rendah iklimnya tidak terlampau dingin, pertanian lebih mudah
dilaksanakan sedangkan energy yang dikeluarkan untuk bergerak dari satu tempat
ketempat yang lainnya relative lebih sedikit.
Demikian
pula halnya akan ketiadaan kebebasan untuk bertindak dan mengeluarkan pendapat
di Negara-negara Sosialis/Komunis misalnya. Keadaan tersebut menyebabkan
tingkat kesejahteraan masyarakatnya selalu dipandang lebih rendah dari yang
dicerminkan oleh tingkat pertumbuhan ekonominya.
Diluar
kedua hal yang diungkapkan diatas, ada beberapa pendapat yang mengemukakan
bahwa kesejahteraan masayarakat merupakan suatu hal yang bersifat subyektif,
yang berarti tiap orang mempunyai pandangan hidup, tujuan hidup, dan cara-cara
hidup yang berbeda. Dengan demikian memberikan pula nialai-nialai yang
berbeda terhadap factor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka.
Dinamika
sebuah masyarakat beranggapan bahwa penumpukan kekayaan dan memperoleh
pendapatan yang tinggi sebagai unsure penting untuk mencapai kepuasan hidup
yang lebih tinggi. Disisi lain, sekeolmpok masyarakat lebih suka untuk
memperoleh waktu senggang yang lebih banyak dan enggan untuk bekerja lebih
keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
Di samping hal-hal yang dikemukakan diatas, perlu diingat
bahwa pembangunan ekonomi akan merubah kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat
yang masih tradisional, seperti misalnya masyarakat menjadi berifat
individualistis, dan hubungan antar orang semakin formal. Dengan demikian bertambahnya
tingkat kesejahteraan masyarakat, tetapi disisi lain bertambahnya kesejahteraan
masyarakat ini harus dibarengi dengan pengorbanan riil dan usaha yang
lebih banyak oleh masyarakat tersebut. Di satu pihak pembangunan ekonomi akan
mempertinggi kesejahteraan masyarakat, di lain pihak tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi ini harus dicapai dengan beberapa pengorbanan dalam perilaku
hidup. Dengan kesimpulan, pembangunan ekonomi selain member menfaat kepada
msyarakat, juga membutuhkan beberapa pengorbanan dalam masyarakat itu sendiri.
2).
Kelemahan Metodologis Pendekatan
Pendapatan per Kapita
Nilai
pendapatan perkapita secara khusus merupakan indeks untuk menunjukkan
perbandingan kesejahteraan dan jurang tingkat kesejahteraan antar
masyarakat masih mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut timbul karena
perbandingan dengan cara demikian mengabaikan adanya perbedaan-perbedaan antara
Negara dalam hal seperti, struktur umur penduduk, distribusi pendpatan
masyarakat nasional, metode perhitungan pendapatan, dan perbedaan nilai mata
uang nasional dengan mata uang dolar Amerika Serikat.
Di Negara
sedang berkembang (NSB) biasanya proporsi penduduk di bawah umur dan orang usia
muda adalah lebih tinggi daripada Negara-negara maju. Selain tingkat pendapatan
itu sendiri, distribusi pendapatan merupakan factor penting lainnya yang
menentukan kesejahteraan masyarakat. Factor ini sering tidak diperhatikan dalam
membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan perubahannya dari waktu ke
waktu jika indeks yang digunakan adalah tingkat pendapatan per kapita.
Berdasarkan sejarah Negara-negara maju, pada tingkat awal pembangunan ekonomi
distribusi pendapatan ini akan buruk, tetapi pada akhirnya distribusi
pendapatan akan semakin membaik. Namun, sejarah yang dialami oleh Negara-negara
maju tidak diikuti oleh Negara yang sedang berkembang. Perkembangan di banyak
Negara sedang berkembang menunjukan bahwa dalam proses pembangunan tersebut
justru distribusi pendapatannya lebih tidak merata.
Ada
beberapa kelemahan yang sering dialami oleh Negara sedang berkembang dan Negara
maju terkait kesejahteraan masyarakatnya yang diukur dari indicator pendapatan
per kapita, yakni :
a.
Pola pengeluaran masyarakat di berbagai Negara sedang berkembang kadangkala sangat
berbeda dan perbedaan ini menyebabkan dua Negara yang pendapatan per kapitanya
sama belum tentu menikmati tingkat kesejahteraan yang sama. Misalnya
dicontohkan dengan dua orang dengan pendapatan yang sama, tetapi salah seorang
di antaranya harus mengeluarkan ongkos angkutan yang lebih tinggi untuk pergi
ketempat kerja, harus berpakaian rapid an mewah, maka dapat diakatakan kedua
orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan yang sama tingginya.
b. Perbedaan
iklim juga menimbulkan perbedaan pola
pengeluaran masyarakat di Negara yang sudah maju dan Negara yang sedang
berkembang. Masyarakat di Negara maju harus mengeluarkan uang lebih
banyak untuk mencapai suatu tingkat kesejahteraan yang sama dengan Negara
sedang berkembang. Pada umumnya iklim di Negara maju adalah lebih dingin jika
dibandingkan dengan Negara yang sedang berkembang pada umumnya. Oleh karena
penduduk di Negara maju menginginkan suasana iklim yang hangat yang sama dengan
tingkatan kesejahteraan Negara sedang berkembang tersebut, maka penduduk di
Negara yang maju akan mengeluarkan uang yang sedikit lebih banyak jika
dibandingkan dengan Negara maju dalam hal memenuhi tingkat kesejahteraan yang
sama.
c.
Komposisi (struktur) produksi nasional yang berbeda juga akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan dua masyarakat yang mempunyai pendapatan per kapita yang sama.
Suatu masyarakat akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih rendah jika
proporsi pendapatan nasional yang digunakan untuk anggaran pertahanan dan
pembentukkan modal lebih tinggi daripada Negara lain yang memiliki pendapatan
per kapitanya sama.
Dengan
demikian, Metode perhitungan pendapatan nasional ini bersifat agregatif
sehingga tidak dapat menunjukkan perubahan-perubahan serta distribusi antar
sector.
2.
Indikator
Non-Moneter
Indikator ini merupakan indicator yang diambil
dari beberapa hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya
dengan indicator sebelumnya, Indikator memiliki beberapa macam-macam sub-
Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.
a.
Indikator
Sosial
Ahli
Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan berbagai penelitian
tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.
Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan tingkat
kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa
Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan pendapatan
nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang selanjutnya
disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam pendapatan masyarakat
yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan tingkat harga disetiap
Negara.
Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan tingkat
kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat
moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk
yang mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang bernama
Bennet.
Menurut
Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa paling tepat adalah cara
yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini merupakan usaha untuk
membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di berbagai Negara dengan
memperbaiki metode pembanding dengan menggunakan data pendapatan nasional dari
masing-masing Negara.
Dengan
cara-cara diatas memiliki kelemahan pada Negara sedang berkembang. Pada
dasarnya Negara berkembang tidak memiliki data-data tentang cara-cara diatas.
Sehingga Beckerman mengemukakan lagi cara yang lain dalam membandingkan tingkat
kesejahteraan masyarakat di berbagai Negara yaitu dengan menggunakan data yang
bukan bersifat moneter untuk menentukkan indeks kesejahteraan masyarakat
disetiap Negara. Cara ini sering disebut dengan Indikator Non-Moneter
Disederhanakan. Untuk itu, berikut adalah data yang dapat digunakan untuk
memperoleh indikator tersebut.
a.
Jumlah
konsumsi baja dalam satu tahun (kg)
b.
Jumlah
konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton)
c.
Jumlah
surat dalam negeri dalam satu tahun.
d.
Jumlah
persediaan pesawat radio dikalikan 10.
e.
Jumlah
persediaan telpon dikalikan 10.
f.
Jumlah persediaan
berbagai jenis kendaraan.
g.
Jumlah
konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Usaha
lain juga dilakukan oleh United Nations
Research Institute for Social Development (UNRISD) untuk menentukan dan
membandingkan tingkat kesejahteraan suatu Negara. Untuk menciptakan indeks
taraf pembangunan, ada 18 jenis data yang harus diperoleh yakni :
a.
Tingkat
harapan hidup.
b.
Konsumsi
protein hewani perkapita.
c.
Presentase
anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah.
d.
Persentase
jumlah anak yang bersekolah di kejuruan.
e.
Jumlah
surat kabar.
f.
Jumlah
telepon.
g.
Jumlah
radio.
h.
Jumlah
penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk atau lebih.
i.
Persentase
laki-laki dewasa di sector pertanian.
j.
Persentase
tenaga kerja (dari seluruh tenaga kerja yang mempunyai pekerjaan) yang bekerja
di sector listrik, gas, air, kesehatan, pengangkut, pergudangan, dan
komunikasi.
k.
Persentase
tenaga kerja (dari keseluruhan tenaga kerja yang memiliki pekerjaan) yang
memperoleh gaji.
l.
Presentase
Produk Domestik Bruto (PDB) yang berasal dari industry-industri pengolahan
(manufacturing).
m.
Konsumsi
energi perkapita.
n.
Konsumsi
listrik perkapita.
o.
Konsumsi
baja perkapita.
p.
Nilai per
kapita perdagangan luar negeri.
q.
Produk
pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sector pertanian.
r.
Pendapatan
per kapita Produk Nasional Bruto.
Apabila
indeks pembangunan yang diusulkan oleh UNRISD ini digunakan sebagai indicator
kesejahteraan atau pembangunan ekonomi, maka perbedaan tingkat pembangunan
antara negara maju dan negara sedang berkembang tidak terlalu besar seperti
yang digambarkan berdasarkan pendapatan perkapita masing-masing Negara.
2. Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia
Untuk
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, ada sebuah indeks gabungan yang
dikenal dengan Physical
Quality of Line Index (PQLI) danIndeks
Kualitas Hidup (IKH). Indeks ini diperkenalkan oleh Morris D. Morris. Indeks Kulaitas Hidup (IKH) terdiri dari 3
indikator yakni, tingkat harapan hidup,
angka kematian, dan tingkat melek huruf.
Sejak
tahun 1990, United Netions for
Development Program (UNDP)mengembangkan indeks yang sering dikenal dengan
istilah Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Sedangkan indicator yang digunakan
untu mengukur indeks ini adalah :
1. Tingkat
harapan hidup.
2. Tingkat
melek huruf masyarakat.
3. Pendapatan
riil perkapita berdasarkan daya beli masing-masing Negara.
Indeks
HDI ini besarannya antara 0 sampai dengan 1,0. Apabila angka indeks yang
diperoleh dari suatu Negara mendekati 1, maka HDI di Negara tersebut semakin
tinggi. Sedangkan, apabila angka indeks mendekati 0, maka Negara tersebut
memiliki indeks pembangunan manusia yang rendah.
3.
Indikator
Campuran
a.
Pendidikan
Pendidikan adalah
suatu indicator yang digunakan dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara.
Pada umumnya, dalam Negara maju tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK
dari tahun ketahun selalu meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat
pendidikan para penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang,
pendidikan di NSB masih rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat
melek huruf dan TPAk serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga,
dari perbandingan tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni
; tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
b.
Kesehatan
Kesehatan merupakan
hak asasi yang harus dipenuhi demi keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat.
Indikator tingkat kesehatan dapat dilihat dari rata-rata hari sakit dan
ketersediaannya fasilitas kesehatan. Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi
berupa kesejahteraan dalam bidang kesehatan, dapat dilihat dari beberapa
indikasi berupa tingkat mortalitas yang rendah, angka pertumbuhan penduduk yang
tinggi, dan angka harapan hidup yang tinggi.
c.
Perumahan
Rumah merupakan
kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh masing-masing penduduk.
Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan penduduk yakni
sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu rumah tinggal.
d.
Angkatan
Kerja
Penduduk yang
dikatakan angkatan kerja adalah orang yang telah berumur 15-64 tahun. Angkatan
kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua yakni bekerja dan sedang mencari
pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
kesejahteraan angkatan kerja adalah, partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja,
sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
e.
KB dan
Fertilitas
Indikator yang dapat
digunakan yakni, penggunaan asi, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan
pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi.
f.
Ekonomi
Pembangunan ekonomi
pada dasarnya di ikuti dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan
ekonomi, kita dapat melihat Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat
pendapatan dan konsumsi per kapita.
g.
Kriminalitas
Pada dasarnya Negara
maju memiliki tingkat kriminalitas yang rendah, hal ini disebabkan sudah
lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan oleh Negara tersebut. Hal ini
berbeda dengan keadaan di Negara sedang berkembang. Di NSB, banyak terjadi
kriminalitas yang disebabkan beberapa factor seperti adanya cultural shock, ketidak
mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan adanya kepentingan dari suatu pihan.
Indicator kriminalitas itu sendiri diantaranya adalah, jumlah pencurian per
tahun, jumlah pembunuhan per tahun, dan jumlah pemerkosaan per tahun.
h.
Perjalanan Wisata
Indikatornya adalah
frekuensi perjalanan wiata per tahun.
i.
Akses
Media Massa
Akses media bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam masyarakat itu sendiri. Indikatornya
antara lain : jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar